Senin, 23 November 2015

TRANSLATE Nothing's Gonna Change My Love For You



NAME   : KHOIRUNNISA  S.Z.
CLASS   : PAI/III/B
TRANSLATE

"Nothing's Gonna Change My Love For You"


If I had to live my life without you near me
The days would all be empty
The nights would seem so long
With you I see forever oh so clearly
I might have been in love before
But it never felt this strong
Our dreams are young and we both know
They'll take us where we want to go
Hold me now
Touch me now
I don't want to live without you

Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through
But nothing's gonna change my love for you

If the road ahead is not so easy
Our love will lead the way for us
Like a guiding star
I'll be there for you if you should need me
You don't have to change a thing
I love you just the way you are
So come with me and share the view
I'll help you see forever too
Hold me now
Touch me now
I don't want to live without you

Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through
But nothing's gonna change my love for you
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love

Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through
But nothing's gonna change my love for you
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love





Tidak ada yang akan merubah rasa cintaku padamu

Jika aku  menjalani hidupku tanpa dirimu disampingku
Hari-hari terasa hampa
Malam-malam terasa sangat panjang
Bersamamu aku melihat selamanya oh, dengan sangat jelas
Aku mungkin pernah jatuh cinta sebelumnya
Tapi tidak sekuat rasa ini
Impian kita masih singkat dan kita berdua tahu
Itu akan membawa kita kemana kita ingin pergi
Dekap aku sekarang, sentuh aku sekarang
Aku tak ingin hidup tanpamu

#              Tidak ada yang akan merubah rasa cintaku padamu
                 Kau seharusnya tahu sekarang betapa aku mencintaimu
                 Satu hal yang dapat kau yakini
                 Aku tidak meminta hal lain selain cintamu

##           Tidak ada yang akan merubah rasa cintaku padamu
                Kau seharusnya tau sekarang betapa aku mencintaimu
                Dunia mungkin merubah seluruh hidupku
                Tapi tidak ada yang akan dapat merubah cintaku padamu

Jika jalan didepan tidaklah mudah
Cinta kita kan menjadi penerang
Kita seperti bintang pemandu
Aku akan ada disana jika kau akan membutuhkan
Aku mencintaimu apa adanya
Jadi ikutilah bersamaku dan berbagi ini semua
Aku juga akan membantumu melihat selamanya
Dekap aku sekarang, sentuh aku sekarang
Aku tidak ingin hidup tanpamu

                  

BELAJAR, MEMORI , DAN PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN AGAMA



BELAJAR, MEMORI , DAN PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN AGAMA 

1. PERSPEKTIF PSIKOLOGI 
            Pada umumnya para ahli psikologi pendidikan khususnya mereka yang tergolong cognitivist (ahli sains kognitif) sepakat bahwa hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan itu sangat erat dan tidak mungkin dipisahkan. Memori yang biasanya kita artikan sebagai ingatan itu sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus, dan ia merupakan storage system, yakni sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia.
            Menurut Bruno (1987), memori ialah proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan. Bagaimana hubungannya dengan belajar ? Anda dapat mengetahui dari contoh berikut ini.
Apabila siswa Anda menerima pelajaran tentang Muhammad yang diutus Allah sebagai nabi akhir zaman, mula-mula informasi tentang nabi terakhir ini akan masuk ke dalam short term memory atau working memory (memory jangka pendek) melaluai indera mata atau telinga siswa tersebut. Kemudian, informasi mengenai Rasul Allah itu diberi kode misalnya dalam bentuk symbol-simbol huruf M-U-H-A-M-M-A-D. Setelah prosese pengkodean (encoding), informasi itu masuk dan tersimpan di dalam long tern memory atau permanent memory yakni memori jangka panjang atau permanen.
Suatu saat kelak, apabila siswa Anda tadi memerlukan informasi mengenai nabi akhir zaman itu, misalnya untuk menjawab pertanyaan Anda, maka memorinya akan kembali bekerja atau berproses mencari respons dari kumpulan item-item informasi dan pengetahuan yang terdapat dalam salah satu skema yang relevan. Skema (skema kognitif) adalah semacam file yang berisi informasi dan pengetahuan sejenis seperti linguistic schema untuk memahani kalimat cultural schema untuk memahami kalimat; cultural schema untuk menafsikan mitos dan kepercayaan adat; dan seterusnya. Skema-skema ini berada dalam sebuah kumpulan yang disebut  schemata atau schemas (jamak dari schema) yang tersimpan dalam subsistem akal permanen manusia. Jadi, kita analogikan dengan kompoter, schemata itu kurang-lebih setara dengan harddisk yang berisi file file yang memeliki kode-kode dan isi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kalau kita memerlukan informasi mengenai sesuatu, kita cari nama file yang relevan dari direktori computer untuk memperlihatkan informasi tadi melalui layar monitor.,
Proses pencarian respons yang dilakukan siswa Anda untuk memperoleh jawaban mengenai nabi akhir zaman tadi, jika sukses maka ia berkata “Muhammad”. Inilah peristiwa kognitif yang disebut recall atau retrieval, yakni hal memperoleh kembali informasi/ pengetahuan yang terstuktur dalam sistem schemata (skema-skema) yang terdapat dalam ranah cipta siswa Anda.
Menurut Best (1987), setiap informasi yang kita terima sebelum masuk dan diproses oleh subsistem akal pendek (short trem memory) terlebih dahulu disimpan sesaat atau tepatnya lewat, karena hanya dalam waktu sepersekian detik, dalam tempat penyimpanan sementara yang disebut sensory memory alias sensory register yakni subsistem penyimpanan pada syaraf indera penerima informasi. Dalam dunia kedokteran subsistem ini disebut  “syarat sensori”  yang berfungsi mengirimkan implus ke otak.
Dengan demikian, struktur sistem akal manusia terdiri atas tiga subsistem, yakni: sensory register, short trem memory dan long term memory. Istilah memori dalam hal ini lazim juga disebut “storage” atau tempat penyimpanan informasi.
Ragam Pengetahuan dan Memori.
Ditinjau dari sifat dan cara penerapannya, ilmu pengetahuan terdiri atas dua macam, yakni: derlarative knowledge lazim juga disebut propositional knowledge (Evans, 1991).
            Pengetahuan deklaratif atau pengetahuan profesisional ialah pengetahuan mengenai informasi factual yang pada umumnya bersifat statis-normatif dan dapat dijelaskan secara lisani/ verbal. Isi pengetahuan ini berupa konsep-konsep dan fakta yang dapat ditularkan kepada orang lain melaluai ekspresi tulisan atau lisan. Contoh: pengetahuan seseorang siswa Anda mengenai karburator sepeda motornya. Dia tahu dan dengan fasih dapat menjelaskan bahwa karbulator adalah sebuah suku cadang yang berfungsi memancarkan bensin dan mencampurnya dengan udara, lalu memancarkan campuran tersebut ke dalam silender mesin tepat pada waktu diperlukan. Namun, ketika karburatornya sendiri rusak, dia tidak tahu cara memperbaikinya agar berfungsi lagi seperti pengetahuan yang dijelaskan tadi. Mengahadapi situasi sulit semacam ini, tentu dia membutuhkan orang lain yang berpengetahuan mengenai cara memperbaiki karburator yaki seorang montir.
            Dengan demikian, pengetahuan deklarafif adalah knowing that atau “mengetahui bahwa”. Di samping itu, oleh karena pengetahuan semacam ini berisi konsep dan fakta yang bersifat verbal dan dapat diuraikan dengan kalimat-kalimat stetamen (pernyataan) maka ia juga disebut stateable concept and fact, yaitu konsep dann fakta yang dapat dinyatakan melalui ekspresi lisani (Evans, 1991).
            Sebaliknya, pengetahun procedural adalah pengetahuan yang mendasari kecakapan atau keterampilan perbuatan jasmaniah yang cenderung yang bersifat dinamis. Namun, pengetahuan ini sangat sulit kalau bukan mustahil diuraikan secara lisan, meskipun suda di demonstrasikan dengan perbuatan nyata. Oleh karenanya, pengetahuan procedural lazim disebut knowing how atau “mengetahui cara” melakukan sesuatu perbuatan, pekerjaan dan tugas tertentu. Contoh: kemahiran seorang siswa dalam mengendarai sepeda. Dia tahu seluk beluk mengendarai sepeda bahkan mampu (lepas tangan). Pengetahuan yang bersifat keterampilan ini, tetap bertahan dalam diri siswa tersebut walaupun telah ia tinggalkan bertahun-tahun lamanya. Akan tetapi, jika ditanya mengapa ia pandai mengendarai sepeda, ia tak mampu menjelaskannya. Dia tidak tahu alasan kendaran yang hanya beroda dua itu bisa dibelokan ke kiri dan kanan dan tetap bisa maju meskipun dia tidak memegang stangnya. Dala mhai ini, meskipun pengetahuan tersebut tersimpan dalam memorinya, siswa tersebut memerlukan pengetahuan normative mengenai “gravitasi bumi” dan “gaya” yang membuat keseimangan tubuh ketika mengendarai sepeda, jika hendak menjelaskannya kepada orang lain.
            Selanjutnya, ditinjau sudut jenis informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori manusia itu terdiri atas  dua macam, yakni:
1.      Semantic memory (memori semantik), yaitu memori khusus yang menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian.
2.      Episodic memory (memori episodic), yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.
Menurut Reber (1998), dam metori semantik, informasi yang diterima ditrasformasikan dan diberi kode arti, lalu disimpan atas dasar arti itu,. Jadi informasi yang kita simpan tidak dalam bentuk aslinya, tetapi dalam bentuk kode yang memiliki arti. Seseorang siswa yang memiliki informasi hasil proses semantik seperti itu akan dapat mempertahankan dan mendayagunakan dalam waktu yang lebih lama dan dalam situasi yang lebih kompleks.
Sesuai dengan namanya, banyak ahli yang percaya bahwa memori semantik itu berfungsi menyimpan konsep-konsep yang signifikan dan bertalian antara satu dengan yang lainnya. Contoh: Ahmad berkata. “Saya tahu ‘merpati’ adalah jenis burung yang memiliki ‘sayap’. Dalam kalimat deklaratif ini, merpati selalu mengacu pada burung, sebab burun merupakan superordinate bagi ungags-unggas sejenis merak, bangau, kenari, dan seterusnya. Sedangkan sayap adalah karakteristik bagi burung-burung atau hewan ungags pada umumnya.
Butir –butir informasi yang terungkap dalam kata burung dan sayap di atas selanjutnya dapat diberlakukan oleh memori Ahmad untuk menjelaskan arti konsep bangau, perkutut, dan hewan ungags lainnya yang memiliki superordinat dan karakteristik serupa dengan merpati. Alhasil, item-item informasi yang tersimpan dalam memori sematik bersifat dinamisdan dapat diolah dan diaplikasikan oleh akal Ahmad untuk memahami fenomena lain yang relevan dengan item-item informasi tersebut.
Selanjutnya, memori episodik adalah memori yang menerima dan menyimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi, (Daehler dan Bukatko, 1985). Apa yang Anda makan tadi pagi, ke mana Anda pergi kemarin, dan peristiwa apa yang Anda alami pada hari pertama menjadi guru, dan sebegainya adalah contoh-contoh informasi yang tersimpan dalam memori episodic Anda.
Hingga kini masih sulit dipastikan seluk-beluk dan tentang hubungan antara kedua memori semantik dan episodik itu. Namun, sebagian ahli memperkirakan bahwa memori episodik mungkin dapat membuka jalan penyimpanan pengetahuan yang bersifat semantik. Best (1989) berpendapat bahwa antara item pengetahuan episodik dengan item pengetahuan semantik terdapat hubungan yang memungkinkan bergabungnya item episodik dalam memori semantik. Dalam hal ini, item pengetahuan dalam memori episodik dapat diproses/ dimodifikasi oleh sistem akal kita menjadi item-item yang berbentuk arti-arti sehingga memeroleh akses ke memori semantik. Diluar kemungkinan proses ini, belum ada keterangan lain yang lebih akurat mengenai sifat dan cara penggabungan antara memori episodik dengan memori semantik.
Sementara itu, menurut teori Adaptive control of Thought (ATC Theory) yang dikembangkan melalui simulasi computer oleh Anderson (1976 dan 1983), pengetahuan seorang siswa diasumsikan terdiri atas elemen-elemen yang tersimpan dalam subsistem akal permanennya dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi dalam hal ini berarti unit terkecil yang menjadi bagian sebuah pengetahuan. Terbentuknya proposisi-proposisi tersebut merupakan peristiwa kognitif yang abstrak namun dapat digambarkan dalam struktur kalimat-kalimat pendek.
Sebuah pengetahuan yang kompleks (yang melibatkan banyak item informasi), umpamanya pengetahuan Ahmad mengenai kegiatan temannya, Ali, dapat dinyatakan dalam sebuah kalimat, “Ali membaca buku agama yang dibelinya kemarin”. Pengetahuan ini dalam memori Ahmad tersimpan dalam bentuk proposisi sebagai berikut.
Ø  Ali membaca buku
Ø  Buku itu tentang Agama
Ø  Ali membeli buku itu kemarin.
INGATAN (MEMORY)
            Ingatan (memory) ialah kekuatan jiwa untuk menerima menyimpan dan memproduksikan kesan-kesan. Sifat-sifat ingatan :
1.      Cepat, artinya dalam waktu singkat dapat memahami sesuatu hal tanpa menjumpai kesukaran-kesukaran.
2.      Setia, artinya kesan yang telah diterimanya akan disimpan sebaik-baiknya, tak akan berubah, melainkan tetap cocok dengan keadaan waktu menerimanya.
3.      Teguh, artinya dapat menyimpan kesan dalam waktu yang lama, tak mudah lupa.
4.      Luas, artinya dapat menyimpan kesan yang banyak.
5.      Siap, artinya dengan mudah dapat mrmproduksikan kesan.

Pemahan bahan :
Menurut terjadinya , pemahan dapa dibagi dalam 2 macam :
a)      Dengan sengaja, ialah dengan sadar dan sungguh-sungguh memahami. Hasilnya lebih mendalam dan luas. Contohnya: memahammi pelajaran sekolah.
b)      Tidak sengaja, ialah dengan tidak sadar ia memperoleh sesuatu pengetahuan. Hasilnya tidak mendalamdan tidak teratur.

Menurut cara memahaminya, pemahaman dapat dibagi dalam 2 macam pula, ialah :
a)      Secara mekanis, ialah menghafal secara mesin dengan tak menghiraukan apa artinya. Kekuatan jiwa untuk menghafal secara mekanis disebut: ingatan mekanis, misalnya menghafal abjad, nama-nama sungai, gunung dan sebagainya. Hasilnya biasanya tidak tahan lama dan lekas lupa.
b)      Secara logis: ialah menghafal dengan mengenal dan memperhatikan artinya. Kekuatan jiwa untuk menghafal secara logis ialah bahan-bahan yang mempunyai hubungan arti. Hasilnya lebi tahan lama dan tidak lekas lupa.
Adapun untuk menghafal prosa atau puisi ada tiga cara/ metode :
a)      Metode bulat (metode G), berasal dari kata Ganzlern-metode, ialah metode menghafal dengan mengulang berkali-kali dari permulaan sampai habis. Metode ini hanya berlaku untuk bahan sebanyak 14 baris.
b)      Metode bagian (metode T), berasal dari Teilern metode ialah menghafar sebagian demi sebagian. Sedang tiap-tiap bagian dihafal secara metode bulat. Metode ini berguna untuk menghafal bahan yang banyaknya lebih dari 14 baris.
c)      Metode campuran (metode V), berasal dari vermit-telende metode, ialah menghafal lebih dahulu bagian-bagian yang sukar, kemudian selluruhnya dihafal dengan metode bulat. Metode ini berguna untuk menghafal bahan yang banyak, misalnya satu halaman.

2. PERSEKTIF AGAMA
            Bagaimana pandangan agama khususnya Islam terhadap Belajar, memori dan pengetahuan? Agaknya tiada satu pun agama, termasuk Islam, yang menjelaskan secara rinci dan operasional mengenai proses belajar, proses kerja sistem memori (akal), dan proses dikuasainya pengetahuan dan keterampilan oleh manusia. Namun Islam,dalam hal penekanannya terhadap signifikansi fungsi kognitif (akal) dan fungsi sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk belajar, sangat jelas. Kata-kata kunci, seperti ya’qilun, yatafakkarun, yubshirun, yasma’un, dan sebagai yang terdapat dalam Al-quran, merupakan bukti betapa pentingnya penggunaan fungsi ranah cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengetahuan.
            Islam menurut Dr. Yusuf Al-Qardhawi (1984), adalah akidah yang berdasarkan ilmu pengetahuan, bukan berdasarkan penyerahan diri secara membabi buta. Hal ini tersirat dalam firman Allah, “maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah” (Q.S. Muhammad:19).
            Selanjutnya, berikut ini penyusunan kutipan firman-firman Allah dan Hadits Nabi SAW. Baik yang secara eksplisit maupun implisit mewajibkan orang untuk belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan.
1.      Allah berfirman, … apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya, hanya .orang-orang yang berakallah yang mampu menerima pelajaran. (Q.S. Al-Zumar: 9)
2.      Allah berfirman, Dan janganlah kamu membiasakan diri pada apa yang kamu tidak ketahui … (Q.S. Al-Isra: 36).
3.      Dalam hadits riwayat Ibnu Ashim dan Thabrani, Rasulullah SAW. Bersabda, Wahai sekalian manusia, belajarlah! Karena ilmu pengetahuan hanya didapat melalui belajar… (Qardhawi, 1989).
Ragam Alat Belajar
            Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dalam keadaan kosong, tidak berilmu pengetahuan. Akan tetapi, Tuhan memberi potensi yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri.
            Potensi-potensi tersebut terdapat dalam organ-organ fisio-psikis manusia yang berfungsi sebagai alat-alat penting untuk melakukan kegiatan belajar. Adapun ragam alat fisio-psikis itu, seperti yang terungkap dalam beberapa firman Tuhan, adalah sebagai berikut:
1.      Indera penglihat (mata), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visiul;
2.      Indera pendengaran (telinga), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal;
3.      Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan, dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif).
Alat-alat yang bersifat fisio-psikis itu dalam hubungannya dengan kegiatan belajar merupakan subsistem-subsistem yang satu sama lain berhubungan secara fungsional. Dalam surah Al-Nahl: 78 Allah berfirman :
            Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahi apa-apa, dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan af’idah (daya nalar), agar kamu bersyukur.
            Kata “Af’Idah” dalam ayat ini menurut seorang pakar tafsir Al-Quran , Dr. Quraisy Shihab, (1992) berarti “daya nalar”, yaitu potensi/ kemampuan berpikir logis atau dengan kata lain, “akal”. Dalam Tafsi Ibnu Katsir juz II halaman 580, “af-idah” tersebut berarti akal yang merupakan sebagian orang tempatnya didalam jantung (qalb). Namun, kitab tafsir ini tidak menafikan kemungkinan afidah itu ada dalam otak (dimagh).
            Demikian pentingnya arti daya nalar akal dalam perspektif ajaran Islam, terbukti dengan dikisahkannya penyesalan para penghuni neraka karena keengganan dalam menggunakan akal mereka untuk memikirkan peringatan Tuhan. Dalam surah Al-Mulk: 10 dikisahkan bahwa :
            Dan mereka berkata: sekiranya kami mendengarkan dan memikirkan (peringatan Tuhan) niscaya kami tidak termasuk para penghuni neraka yang menyala-nyala.
            Sehubungan dengan uraian diatas, bagaimana pula fungsi kalbu (qalb) bagi kehidupan psikologis manusia? Arti konkrit (bersifat fisik) qalb menurut Kamus Arab-Indonesia Al-Munawwir (1984), arti qalb di samping “jantung” juga “hati”. Akan tetapi, mungkin pengertian hati ini dimasukan karena sudah terlanjur popular dikalangan penerjemaah kitab-kitab Arab di Indonesia dalam pengertian nonfisik (yang bersifat abstrak) kamus Arab-Indonesia tersebut mengartikan golb sebagai al-‘aql (akal); al-lubb (inti; akal); al-zakirah (ingatan; mental); dan al-quwwatul’aqilah (daya pikir). Bahkan, memilih arti nonfisik akal untuk kata qalb terasa lebih pas apabila kita memperhatikan firman Allah dalam surah Al-Araf; 179;
             Dan seseungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan jin dan manusia, mereka mempunyai kalbu-kalbu (akal-akal) tapi tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah.
            Kata kalbu-kalbu (qulub) yang dikaitkan dengan aktivitas “memahami” ayat-ayat  Allah (yafgahuna) seperti tersebut dalam firman tadi, tentu tidak dapat diartikan secara fisik baik dalam arti jantung maupun hati yang sudah terlanjur salah kaprah itu. Aktivitas memahami sama dengan aktivitas berpikir kritis yang hanya dapat dilakukan oleh sistem memori atau akal manusia yang bersifat abstrak. Dengan demikian, arti kalbu yang realitis ialah “akal” atau “sistem memori” yang tepatnya di dalam otak, bukan di dalam jantung atau di dalam hati manusia.
            Hati, menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah organ tubuh yang berwarna kemerah-merahan yang terlmfungsietak dibagian kanan atas rongga perut yang fungsinya untuk mengambil sari makanan dan untuk memproduksi empedu. Secara nonfisik, kamus tersebut mengartikan hati sebagai tempat perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian-pengertian. Pengertian nonfisik yang abstrak menurut KBBI ini sama sekali tidak mengesankan arti ‘tempat’ sebagai sinonim kata hati dalam arti fisik yang kongkrit.
            Sehubungan dengan hal itu, perlu Anda ketahui bahwa hati dalam perspektif disiplin ilmu apa pun tidak memiliki fungsi mental seperti otak. Oleh karenanya, pengetahuan, keterampilan, dan nilai nilai moral yang terkandung dalam bidang studi uyang bersangkutan, seyogyanya ditanamkan sebaik-baiknya ke dalam sistem memori para siswa, bukan ke dalam hati mereka.
            Selanjutnya, apa pula arti kata “senang hati” dan “sakit hati” yang sering kita ucapkan itu? Senang dan sakit hati, seperti juga cinta dan benci , adalah fenomena ranah rasa (afektif) yang merupakan symptom (simtom) yang bersumber masalahnya berasal dari file-file memori permanen yang ada dalam otak kita juga.
            Memori yang permanen yang tersimpan dalam otak kita berfungsi menyimpan informasi, pengetahuan, dan banyak keyakinan (Best, 1989; Reber, 1988; Anderson, 1990). Selain itu, memori permanen juga dapat berpungsi sebagai gudang penyimpan “barang-barang rongsokkan” seperti kenagan buruk terhadap seseorang, barang, dan peristiwa-peristiwa tertentu yang mungkin berlawanan dengan file, pengetahuan, dan keyakinan kita (skema tertentu dalam memori kita). Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa aktivitas ranah rasa, seperti sakit hati tadi ada Hubungannya dengan kondisi ranah cipta. Sedangkan kondisi fisik hati kita sendiri tentu saja sehat walafiat, kecuali kita sedang sakit liver.
            Walaupun begitupun, istilah sakit hati yang sudah baku itu tak perlu kita ganti dengan istilah lain dengan sakit otak, sakit akal, atau sakit memori. Selain tidak lazim dipakai, istilah-istilah ini juga bisa menimbulkan konotasi-konotasi yang negatif, yakni: geger otak, gila, dan sakit ingatan.
            Sebagai catatan akhir mengenai kalbu yang seyogyanya dipahami sebagai akal dan bukan hati itu, ialah adanya ketentuan agama yang melarang orang gila dan bmabuk untuk melakukan ibadah sholat. Orang gila, juga orang yang mengalami kekacauan ingatan, ingatan misalnya sama statusnya dengan orang mabuk. Mereka dilarang melakukan sholat karena akalnya tidak menyadari arti bacaan doa dan doa yang diucapakan. Allah berfirman yang artinya :
Wahai orang-orang yang beriman , janganlah kamu mendekati sholat dalam keadaan mabuk sampai kamu mengetahui apa-apa yang kamu ucapkan (Q.S An-Nisa:43)
            Sebaliknya, oorang yang sakit hati (lever complain) betapapun parahnya tetap dikenai kewajiban sholat selama otak sebagai markas akalnya itu masih sadar. Ketentuan ini secara implinsit yang menunjukan bahwa akal dalam kaitanya dengan ibadah, serti juga kaitannya dengan belajar, agar lebih penting daripada hati atau organ-organ tubuh lainnya. 


Referensi:
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan