Senin, 04 Mei 2015

TUGAS Sejarah Pendidikan Umum


Maaf Pemirsah saya, ngga tampilin Photonya ribet nih (males), haha cari sendiri photonya tenang ko saya sudah simpan referensi photonya :P



TUGAS SEJARAH PENDIDIKAN UMUM
“PENDIDIKAN DI INDONESIA PADA ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Umum
Dosen : H. Yudi Irfan Daniel, S.Sos.I, M.Ag.




Disusun Oleh :
Khoirunnisa Shidqiyyah Zainab (1142020074)



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
          FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
                                                             2015






PENDIDIKAN DI INDONESIA PADA ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA

.https://ensiklopebanten.files.wordpress.com/2012/04/collectie_tropenmuseum_onderwijs_op_java_tmnr_10000809.jpg
Keterangan :
            pendidikan Islam di Indonesia pada zaman Belanda, adalah bimbingan dan pembinaan yang dilakukan oleh para ulama dan kyai ataupun ustazd kepada masyarakat, baik secara individu maupun kelompok di rumah-rumah, mushalla, masjid maupun pesantren. Tujuannya adalah terwujudnya manusia yang beriman dan bertakwa, mampu mengamalkan ajarannya dan berakhlak mulia serta memiliki ghirah keislaman yang tinggi. [1]



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc0pCbD_HdedtrcRs-vswHf6hJoFTdhSwC-kqgSkK1Htc2R2UT6djSTdEe9rad4T_FznZ8wVVPL8IOOnEkEisuIWqN95ykMPUsD20JfJvLMFEP22X_ja2FclrWJ56p06FcYYsVGQRQmk8i/s1600/sekolah+jaman+belanda.jpg
Keterangan :
            Pada zaman kolonial pemerintah Belanda menyediakan sekolah yang beraneka ragambagi orang Indonesia untuk memenuhi kebutuhan berbagai lapisan masyarakat. Ciri yangkhas dari sekolah-sekolah ini ialah tidak adanya hubungan berbagai ragam sekolah itu.Namun lambat laun, dalam berbagai macam sekolah yang terpisah-pisah itu terbentuklahhubungan-hubungan sehingga terdapat suatu sistem yang menunjukkan kebulatan.Pendidikan bagi anak-anak Indonesia semula terbatas pada pendidikan rendah, akantetapi kemudian berkembang secara vertical sehingga anak-anak Indonesia, melaluipendidikan menengah dapat mencapai pendidikan tinggi, sekalipun melalui jalan yang sulit dan sempit. [2]


http://phesolo.files.wordpress.com/2012/05/sekolah-lagere-school-di-jawa-1920.jpg
Keterangan :
            Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum negara Indonesia berdiri.Sebab itu sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan jaman penjajahan sampai dengan pendidikan pada zaman kemerdekaan.[3]








http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a3/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Een_Koranschool_op_Java_TMnr_10002385.jpg/220px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Een_Koranschool_op_Java_TMnr_10002385.jpg
Anak-anak mengaji Al Quran di Jawa pada masa kolonial Hindia Belanda
Keterangan :
            Pada abad ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda datang ke Nusantara untuk berdagang, namun pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah daerah ini. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya, VOC, sejak itu hampir seluruh wilayah Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat itu antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.
            Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para ulama saat itu.Ketika penjajahan datang, para ulama mengubah pesantren menjadi markas perjuangan, para santri (peserta didik pesantren) menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah, sedangkan ulamanya menjadi panglima perang.Potensi-potensi tumbuh dan berkembang di abad ke-13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan Islam yang syair-syairnya berisi seruan perjuangan[4]

Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret van leerlingen van de Koning Willem III school Weltevreden schooljaar 1919-1920 TMnr 60025980.jpg
Murid pribumi tahun pelajaran 1919-1920 di sekolah Koning Willem III di Weltevreden (kini Gambir) di Jakarta.
Keterangan :
Pendidikan formal di Indonesia mulai dikenal pada masa ini, pada awal masa penjajahan sampai tahun 1903 sekolah formal masih dikhususkan bagi warga Belanda di Hindia Belanda. Sekolah yang ada pada masa itu diantaranya ELS, HIS, HCS, MULO, AMS.[5]






http://baltyra.com/wp-content/uploads/2012/09/kampongschool-kedoe-village-school-central-java-1910.jpg
Kampongschool.Kedoe.Village school. Central Java 1910 (Koleksi:www.kitlv.nl)

Keterangan :
            Regeeringsreglement (Peraturan Pemerintah) yang dimulai tahun 1818 terdapat peraturan yang berhubungan dengan perguruan untuk pribumi.Akan tetapi hal ini tidak jadi dilaksanakan karena pemerintah kolonial mengalami kekurangan uang, dan uang yang mengalir seluruhnya diperuntukkan bagi kas negeri induk. Pada tahun 1848 ditetapkan bahwa tiap-tiap tahun dari begrooting (anggaran belanja) akan diambil f.25.000 untuk mendirikan sekolah-sekolah bumiputra. Tetapi sekolah itu tidak untuk kemajuan rakyat, dan hanya untuk keperluan pemerintah yaitu untuk “mencetak ambtenaar”.Ambtenaar-ambtenaar ini nantinya harus bekerja sebagai mandor dan lain-lain di kebun-kebun milik pemerintah.[6]


https://kotatoeamagelang.files.wordpress.com/2011/10/mulo.jpg
Het planten van de Beatrix-boom op de Prinses Beatrix school (MULO) te Magelang
Keterangan :
            Usaha pendidikan bagi anak-anak di Indonesia untuk pertama kalinya diberikan pemerintah kolonial Hindia Belanda pada tahun 1848.Kebijakan pemerintah saat itu adalah mendirikan sekolah bagi bumiputera yang bertujuan untuk menghasilkan pegawai administrasi Belanda yang terampil, murah dan terdidik.
            Hasil pendidikan itu kemudian dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dan industri.Sejak dilaksanakan politik etis pada awal abad ke 20, ada upaya dari beberapa tokoh liberal Belanda, misalnya Van Deventer, untuk mengarahkan pendidikan bagi anak Indonesia demi pembebasan dari ketidakmatangan berdiri di atas kaki sendiri. Di lain pihak, kebutuhan akan tenaga-tenaga terdidik dan ahli telah mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan sekolah-sekolah secara berjenjang.[7]



http://fk.ui.ac.id/userfiles/image/Sejarah-3.JPG
Keterangan :
          Sejarah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tidak terlepas dari sejarah pendidikan dokter di Indonesia yang dimulai sejak zaman penjajahan Belanda.Adapun momentum pendidikan kedokteran di Indonesia lahir pada tanggal 2 Januari 1849 lewat Keputusan Gubernemen No. 22.Ketetapan itu menjadi titik awal penyelenggaraan pendidikan kedokteran di Indonesia (Nederlandsch Indie), yang ketika itu dilaksanakan di Rumah Sakit Militer.

          Selang dua tahun kemudian, tepatnya pada bulan Januari 1851, dibuka  Sekolah Pendidikan Kedokteran di Weltevreden dengan lama pendidikan dua tahun dan jumlah siswa 12 orang. Titik terang semakin terlihat ketika lulusan sekolah tersebut digelari Dokter Djawa melalui Surat Keputusan Gubernemen tanggal 5 Juni 1853 No. 10.Namun, sayangnya meski diberi titel dokter, lulusan sekolah tersebut “hanya” dipekerjakan sebagai Mantri Cacar.[8]

http://kkcdn-static.kaskus.co.id/images/2013/01/31/1445616_20130131031234.JPG
Europeesce Lagere School (ELS), sekolah dasar Eropa di Hindia Belanda.
Keterangan :
            ELS (singkatan dari bahasa Belanda: Europeesche Lagere School) adalah sekolah Dasar pada zaman kolonial Belanda di Indonesia. ELS menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.Awalnya hanya terbuka bagi warga Belanda di Hindia Belanda.Sejak tahun 1903 kesempatan belajar juga diberikan kepada orang-orang pribumi yang mampu dan warga Tionghoa.Setelah beberapa tahun, pemerintah Belanda beranggapan bahwa hal ini ternyata berdampak negatif pada tingkat pendidikan di sekolah-sekolah HIS dan ELS maka kembali dikhususkan bagi warga Belanda saja.[9]







https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMCsvHTxtTej15lqZnaP_bSligayHTy0fb4v_PzJyB91cCSX3ifEH6RVWTAh0vej2FJmCfTeBjjoBYYpllcEuocPPW0hjAmVyNleGbGC4hZvROndyDV_0i6rmr8NqX1FG_-1trxziaOLTt/s1600/800px-Stovia_5.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8ocbiVfjOhEcD5mUAmJJMr8593ZzesAXKVvgAV6k6RJ7PzKoPND_41CUgQHh_QlXLSql2I-gNJ6X8okbZdOzxY0y4Mk8XW5vn4xFR-G06GH05li3uXvBaiR0pl_ABeKWXkS_gVbPDBejr/s1600/800px-Stovia_6.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAPTnVtYf0TdvT7-ytqmuNbAGzJsLES2ey1XTcQPrJvFWHLNr6cOyaGuMMjTQ5Z6tyW_-Fp8hVFGHbdEDj38002L38x9cyqxz6ASY5takSyMLIMpMPgKVUu08WVDOnUR79cYKYck0udhMA/s1600/800px-Stovia_8.jpg
Keterangan :
School tot Opleiding van Indische Artsen (bahasa Indonesia: Sekolah Pendidikan Dokter Hindia), atau yang juga dikenal dengan singkatannya STOVIA, adalah sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia pada zaman kolonial Hindia-Belanda. Saat ini sekolah ini telah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.[10]





http://todo.ui.ac.id/ui2/wp-content/uploads/2014/01/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Leerlingen_van_de_School_tot_Opleiding_van_Indische_Artsen_STOVIA_Doctor_Jawa_TMnr_60047128.jpg
Keterangan :
            Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1849 membangun sebuah sekolah tinggi ilmu kesehatan.Pada Januari 1851 sekolah tersebut secara resmi dinamakan sebagai Dokter-Djawa School.Sekolah tinggi ini mengkhususkan diri pada ilmu kedokteran, tepatnya pendidikan tenaga mantri. Setelah sempat mengalami perubahan nama di akhir abad 19, tepatnya di tahun 1898, nama Dokter-Djawa School berubah menjadi School tot Opleiding van Indische Artsen (School of Medicine for Indigenous Doctors) atau dikenal juga sebagai STOVIA. Selama 75 tahun STOVIA berfungsi sebagai tempat pendidikan terbaik untuk calon dokter di Indonesia, sebelum ditutup pada 1927. Namun demikian, sebuah Sekolah Kedokteran kemudian dibangun bersama dengan empat sekolah tinggi lain di beberapa kota di Jawa.
            Sekolah tinggi tersebut adalah Technische Hoogeschool te Bandoeng (Fakultas Teknik) yang berdiri di Bandung pada 1920, Recht Hoogeschool (Fakultas Hukum) di Batavia pada 1924, Faculteit der Letteren en Wijsbegeerte (Fakultas Sastra dan Kemanusiaan) di Batavia pada 1940, dan setahun kemudian dibangunlah Faculteit van Landbouwweteschap (Fakultas Pertanian) di Bogor. Lima sekolah tinggi tersebut merupakan pilar dalam menciptakan the Nood-universiteit (Universitas Darurat), yang dibangun pada tahun 1946.[11]




http://www.rnw.nl/data/files/images/2.6.jpg
Seorang pemuda yang terluka diberi pertolongan medis oleh anggota brigade marinir Belanda

http://www.rnw.nl/data/files/images/2.8.jpg
Operasi Quantico. Seorang serdadu marinir terlihat mengancam sekelompok warga Indonesia yang diintrogasi


http://www.rnw.nl/data/files/images/2.10.jpg

Operasi Quantico. Seorang pemuda ditarik rambutnya agar keluar dari tempat persembunyian[12]
soekarno-mengajar.jpg
Keterangan :
            Di jaman kolonial, pendidikan menjadi sarana penting untuk melancarkan dominasi ekonomi, politik, dan sosial-budaya.Kolonialis Belanda menggunakan politik etis (edukasi) sebagai jalan merintis ekspansi kapitalnya di Hindia-Belanda.Pendidikan juga menjadi sarana penaklukan politik, yakni penyerapan kaum priayi ke dalam lembaga pendidikan kolonial untuk mensuplai tenaga ambtenaar bagi administrasi kolonial.Pendidikan juga menjadi senjata penting untuk menanamkan mental inferior di tempurung otak rakyat jajahan.[13]










SK Trimurti dan teman-teman.
SK Trimurti (depan) dan teman-teman.

Keterangan :
            Rekan seperjuangannya biasa memanggil perempuan kelahiran Boyolali ini dengan “Zus Tri”.“Zus”, sebutan bagi pejuang perempuan, di samping “Bung” bagi kaum laki-laki.Penjara bukanlah tempat yang asing, karena zus Tri telah menghuninya semenjak tahun 1936. Tiga zaman tak pernah dilewatinya tanpa mendekam dalam bui: masa kolonial Belanda, masa pendudukan Jepang, dan masa revolusi. Beberapa kali bertaruh dengan nyawa, sampai-sampai ia tak lagi takut mati. Zus Tri terlanjur percaya, soal hidup mati Tuhan penentunya. SK Trimurti wafat pada tanggal 20 Mei 2008 di Jakarta, sembilan hari setelah usianya genap 96 tahun, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.[14]




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPhVAwTzKD4W33hSHKa5weUaFUDw-vVANeqo2rfdZwfMPKW5tgIXz9hNo9MfPGzbxOyf-t2K1hoIK1MiLC15xDDiMRmEL5TyGtaswFJ4Eg1VRhBP-XMCssUejkTbptImHUyHjIvWbLQ1o/s1600/masapenjajahanbelanda.jpg
Keterangan :
            Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir abad ke-18 dan setelah kekuasaan Britania yang pendek di bawah Thomas Stamford Raffles, pemerintah Belanda mengambil alih kepemilikan VOC pada tahun 1816.Sebuah pemberontakan di Jawa berhasil ditumpas dalam Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830.Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mulai diterapkan.Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll.Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara.Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang Indonesia.Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.[15]





https://dindapc.files.wordpress.com/2011/04/225px-pieter_both.jpg?w=640
Pieter Both, gubernur jendral VOC yang pertama.
https://dindapc.files.wordpress.com/2011/04/cornelis-de-houtman.jpg?w=300&h=300
Cornelis de Houtman, orang yang memimpin pelayaran Belanda pada saat pertama kali datang di Indonesia.[16]



Javasche bank.jpg
Keterangan :
            Pada masa Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), Nusantara sudah memiliki mata uang sendiri. Di masa Republik Batavia dan Kerajaan Holland, Nusantara menggunakan 1 gulden = 20 stuiver yang masing-masing senilai 4 duiten. Akibat inflasi, nominasi jatuh menjadi 1 gulden = 30 stuiver = 120 duiten. Pada tahun 1833, diputuskan bahwa satuan duiten tak lagi digunakan dan sebagai gantinya adalah 1 gulden = 120 sen. Lalu pada tahun 1854, nilai 1 gulden = 100 sen.
            Sumatera dan Jawa memiliki mata uang sendiri: dolar Sumatera (hingga tahun 1824) dan rupiah Jawa (hingga tahun 1816). Namun, selama bertahun-tahun terjadi kekurangan uang karena tiadanya uang yang segera tersedia.Di Hindia Belanda juga banyak uang logam Belanda yang beredar.Jumlah ini meningkat setelah pada tahun 1854 diketahui bahwa mata uang Belanda juga banyak di Hindia.Dari tahun itu pulalah dimulai pengendalian terhadap gulden Hindia yang lebih banyak.
            Gulden yang menggambarkan Ratu Wilhelmina dengan rambut tergerai ditarik dari peredaran karena tak pantas bagi seorang puteri digambarkan seperti itu.Semasa penjajahan Jepang, gulden masih dicetak dalam bahasa Belanda. Tertulis pada uang tersebut De Japansche regering (berarti: "pemerintah Jepang"). Pada tahun 1944, rupiah Hindia Belanda (dibagi-bagi dalam 100 sen) diperkenalkan, namun setelah perang diganti.
            Setelah kemerdekaan Indonesia, mata uang pertama yang dikeluarkan secara resmi oleh pemerintah RI adalah Oeang Repoeblik Indonesia, yang kemudian digantikan oleh rupiah.Hal itu menggantikan gulden selama-lamanya. Namun, Belanda menginginkan gulden sebagai mata uang digunakan kembali dan pada tahun 1946 dicetaklah uang kertas: 5, 10, 25, 50, 100, 500 dan 1000 gulden oleh Javasche Bank (yang juga disebut rupiah). Pada tahun 1948, uang kertas terakhir senilai ½, 1 dan 2½ gulden dicetak.
            Hal serupa kelak terjadi pula di Papua Belanda.Setelah masuk wilayah Indonesia, mata uangnya juga diubah dari gulden menjadi rupiah.[17]

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiDdIqVE3lggxIhthzMD2mFzaylwnMOluI5zRQtFRUwLIeolI3XdYsq4kZj59We60meNIy0NtjB2t1aO8qxiVxrgxvflkxEUc8vFQbj2uJvFraAQ6U9MALYisCsMzscw6ahsBDzpMtVx_n/s1600/images.jpg
Johannes Van den Bosc
Keterangan :
            Setelah kembali menguasai Indonesia, pemerintahan Belanda dipegang oleh 3 orang komisaris Jenderal yaitu Elout, Vander Capellen dan Buyskes. Keuangan Belanda merosot karena selain kerugian VOC yang harus dibayar juga karena biaya yang amat besar untuk menghdapi perang Diponegoro dan perang Paderi. Di Eropa, Belgia memisahkan diri pada tahun 1830 padahal daerah industri banyak di wilayah Belgia. Untuk mengatasi kesulitan ekonomi tersebut maka diberangkatkanlah Johannes Van den Bosch sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda dengan tugas meningkatkan penerimaan negara untuk mengatasi masalah keuangan.
Bagaimana cara Van den Bosch meningkatkan penerimaan negara? Van den Bosch memberlakukan sistem tanam yang kemudian menjadi tanam paksa.
Peraturan tanam paksa yang dikeluarkan Van den Bosch mewajibkan rakyat membayar pajak dalam bentuk hasil pertanian (inatura) khususnya kopi, tebu dan nila. Dengan demikian akan diperoleh barang eksport yang banyak untuk dikirim ke Belanda dan dijual ke Eropa serta Amerika. [18]



Snouck_Hurgronje
Keterangan :
            PROF. Dr. Snouck Hurgronje (1857-1936) selama ini merupakan tokoh yang sangat kontroversial.Disanjung dipuja sebagai sarjana Islam yang cemerlang, tetapi juga dicaci maki sebagai seorang ahli muslihat yang hendak menghancurkan Islam dari dalam dengan pura-pura masuk Islam.Betapapun diakui oleh semua pihak bahwa pemerintah Belanda baru mempunyai garis kebijaksanaan tentang Islam didaerah jajahannya yang bernama Hindia Belanda (Indonesia) setelah Snouck Hurgronje menjadi penasehat pemerintah dalam hal-hal yang berkaitan dengan Islam.
            Christiaan Snouck Hurgronje , lahir pada 8 Februari 1857, di Oosterhout, dari pasangan pendeta J.J. Snouck Hurgronje dan Anna Maria de Visser. Christiaan adalah nama kakeknya sehingga namanya adalah gabungan nama kakeknya dan bapaknya. Ia mengawali pendidikan dasar (lagere school) di tempat kelahirannya, Oosterhout. Kemudian ia melanjutkan ke Hogere Burgerschool (HBS) di Breda. Setelah selesai di HBS, ia melanjutkan ke Universitas Leiden, dan menyelesaikan Sarjana Muda bidang teologi pada tahun 1878. [19]


Pelajar Sekolah Cina Zaman Belanda
Sebuah dokumen foto memperlihatkan beberapa pelajar Sekolah Cina zaman penjajahan Belanda (Sekolah Katholik) di Banjarmasin berfoto bersama dengan misionaris dari MSF. Para pelajar putri tersebut mengenakan pakaian Cheongsam (baju panjang) ala tahun 30-an. Foto: Hashimoto Studio (produksi 1935-1939.[20]





https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglC7cjC1u7vxRF63TLfxZHPFBdPkCFCN2tJVoSMLPIYNNYI827fBSP65UVKvpVETDeykwxf1yzKeEzA2yEo2B61_kCTBUcmQq35MvztGRAjsOmrNbmHG52bU-0T_Du0p9V-vZUD7zcjVAw/s320/169s3cx.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfcMmcKxr-KAK8yPRjrwSyaT8LHbfboZfdGQRfdXwVb72kZxb5lmwQmyEFkZGJKyrmJKcUZ8LJiYe8SRIknQ5xCmU3JgOBTaQrBLeoFtHJuBFDfeyR6gB_anY6yzfBrX09qqx69jqXO_r9/s1600/28006zl.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifVNiQKXeXgwHKPf3at4RP5Gihk8_vDHDD-i1w8CSMphfIz9Lw4PVKsIVOtxwKSQUaM2Ucsbz4amNMCG2fDa9hTJDfexah02BIGBwr9T9BwmTd6qoy6JNxSxBfFDxM-I0NrhqzlGr2SJAP/s1600/4207364475_81bd0e9019.jpg










http://seputaraceh.com/wp-content/uploads/2012/06/Holland.jpg
Keterangan :
Selain Banten/Jakarta dan Maluku, Belanda bertahap menundukkan wilayah-wilayah Nusantara. Kebanyakan baru berlangsung pada abad ke-20 ketika kolonialismenya bercorak Politik Etis. Sisi lain Politik Etis yang bertujuan mendidik kaum inlanders, oleh orang Belanda disebut sebagai pacificatie, gampangnya penaklukan wilayah-wilayah luar Jawa. Aceh baru ditaklukkan pada 1904 –bahkan Belanda baru sepenuhnya berkuasa pada 1912–, dan Bali dikuasai pada 1906. Dengan begitu Aceh maksimal dijajah Belanda selama 38 tahun dan Bali selama 36 tahun. [22]







http://kadaikopi.com/wp-content/uploads/2009/03/tentarabelanda.jpg
Arogansi serdadu Belanda pada Agressi II
Keterangan :
Peristiwa ini sangat menguntungkan sekali bagi Belanda yang hendak mencengkeramkan kuku penjajahannya kembali.  Tapi mereka tidak sadar betapa pahitnya derita sengsara yang dialaminya semasa pendudukan Jepang.  Mereka kembali pongah dan besar kepala melawan rakyat yang tidak bersenjata, tapi mereka juga lupa akan tekad dan sumpah “merdeka atau mati” dari seluruh bangsa Indonesia.
Kepala pemerintahan dan komandan militer kota Bukittinggi segera mengeluarkan pengumuan bahwa Belanda telah mulai menteror rakyat dengan kebiadabannya.  Untuk itu kepada seluruh rakyat Indonesia yang cinta akan kemerdekaan supaya menyingkir ke luar kota, dan barang siapa yang berani menghianati perjuangan suci kemerdekaan itu akan digilas oleh revolusi bangsa sendiri.  Kemudian oleh komandan militer Bukittinggi, seluruh proyek-proyek vital dibumi hanguskan demikian juga bagunan Hotel Merdeka juga dibumi hanguskan.  Bukittinggi jadi lautan api.  Rakyat merintih menahan sakit hati.  Rakyat tidak meratapi kematian sanak saudaranya, tapi mereka meratapi kesengsaraan yang harus dilalui oleh Indonesia merdeka yang baru berusia tiga athun itu. [23]
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/88/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Thee-kweekbedden_zonder_afdak_Java_TMnr_10011931.jpg/220px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Thee-kweekbedden_zonder_afdak_Java_TMnr_10011931.jpg
Perkebunan teh di Jawa pada masa kolonial Belanda. Sekitar tahun 1926.
Keterangan :
Di awal masa kolonial, Jawa memegang peranan utama sebagai daerah penghasil beras. Pulau-pulau penghasil rempah-rempah, misalnya kepulauan Banda, secara teratur mendatangkan beras dari Jawa untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Penduduk pulau Jawa kemungkinan sudah mencapai 5 juta orang pada tahun 1815.  Pada paruh kedua abad ke-18, mulai terjadi lonjakan jumlah penduduk di kadipaten-kadipaten sepanjang pantai utara Jawa bagian tengah, dan dalam abad ke-19 seluruh pulau mengalami pertumbuhan populasi yang cepat. Berbagai faktor penyebab pertumbuhan penduduk yang besar antara lain termasuk peranan pemerintahan kolonial Belanda, yaitu dalam menetapkan berakhirnya perang saudara di Jawa, meningkatkan luas area persawahan, serta mengenalkan tanaman pangan lainnya seperti singkong dan jagung yang dapat mendukung ketahanan pangan bagi populasi yang tidak mampu membeli beras. Pendapat lainnya menyatakan bahwa meningkatnya beban pajak dan semakin meluasnya perekutan kerja di bawah Sistem Tanam Paksa menyebabkan para pasangan berusaha memiliki lebih banyak anak dengan harapan dapat meningkatkan jumlah anggota keluarga yang dapat menolong membayar pajak dan mencari nafkah. Pada tahun 1820, terjadi wabah kolera di Jawa dengan korban 100.000 jiwa.
Kehadiran truk dan kereta api sebagai sarana transportasi bagi masyarakat yang sebelumnya hanya menggunakan kereta dan kerbau, penggunaan sistem telegraf, dan sistem distribusi yang lebih teratur di bawah pemerintahan kolonial; semuanya turut mendukung terhapusnya kelaparan di Jawa, yang pada gilirannya meningkatkan pertumbuhan penduduk. Tidak terjadi bencana kelaparan yang berarti di Jawa semenjak tahun 1840-an hingga masa pendudukan Jepang pada tahun 1940-an  Selain itu, menurunnya usia awal pernikahan selama abad ke-19, menyebabkan bertambahnya jumlah tahun di mana seorang perempuan dapat mengurus anak[24]
1383976156293754866
Seorang Bocah Yang Luput Dari Pembantaian, Berada Disamping Marechaussee Yang Berdiri Dibawah (Sumber: Collectie Tropenmuseum)[25]
Keterangan :
Apa yang dilakukan oleh Marechaussee Belanda di tanoh Alas, dapat dikategorikan sebagai kejahatan genosida (genocide). Dalam Konvensi Genosida, Statuta Roma, Statuta ICTR (International Criminal Tribunal for Rwanda) dan ICTY (International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia) memuat definisi yang sama atas genosida dengan menyatakan bahwa genosida berarti setiap dari perbuatan berikut yang dilakukan dengan tujuan untuk menghancurkan seluruhnya atau sebagian, suatu kelompok kebangsaan, etnis, ras atau keagamaan, dengan cara:
1. Membunuh anggota kelompok tersebut;
2. Menimbulkan luka  atau mental yang serius terhadap para anggota kelompok tersebut;
3. Secara sengaja menimbulkan kondisi kehidupan atas kelompok tersebut yang diperhitungkan akan menyebabkan kehancuran fisik secara keseluruhan atau untuk sebagian.
4. Memaksakan tindakan-tindakan yang dimaksud untuk mencegah kelahiran dalam kelompok tersebut; dan
5. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok itu kepada kelompok lain.
13839773651791536546
Van Daalen Saat Ekspedisinya Ke Gayo dan Alas 2 (Sumber: Collectie Tropenmuseum)[26]

Balai Poestaka
Kiosa Agen Volkslectuur (Balai Pustaka) pada zaman Kolonial[27]
https://sadnesssystem.files.wordpress.com/2010/07/picture2.png?w=300&h=255
Keterangan :
GHS : Geneeskundige Hoge School
HAC : Hoofd Akte Cursus
RHS : Recht Hoge School
THS : Technische Hogeschool
HKS : Hogere Kweek School
HIK : Hollands Inlands Kweekschool
AMS : Algemeene Middlebare School
KS : Kweekschool               [28] 

https://sadnesssystem.files.wordpress.com/2010/07/20.jpg?w=350&h=537


Keterangan :
Secara garis besar ada dua macam sekolah, yaitu yang berbahasa Belanda dan berbahasa non-Belanda.
Untuk yang Non Bahasa Belanda, yang pertama adalah pendidikan dasar yang biasa disebut Volkschool atau sekolah desa. Di sekolah ini anak-anak sekadar diberi pelajaran membaca, menulis atau berhitung. Lulusan terbaik sekolah ini dapat melanjutkan ke Vervolgschool, dan tamatan vervolgschool dapat melanjutkan lagi ke kursus Guru Bantu selama 2 tahun. Praktek engajar dijalankan di Tweede Inlandse School (sekolah rakyat angka loro) selama 6 bulan. Kalau lulus dapat mengajar di Volkschool.
Ada pula Tweede Inlandse school , lamanya 5 tahun. Tamatan sekolah ini dapat menjadi guru, melalui ujian dan seleksi untuk diterima di Normaalschool voor Indlandse Hulponderwijzer (guru bantu pribumi). Murid Tweede Inlandse School kelas 4 yang pintar dapat diterima di Schakelschool selama 3 tahun. Schakelschool merupakan sekolah yang menjembatani sekolah berbahasa non-Belanda dengan yang berbahasa Belanda.
Sekolah rendah yang mendapat pelajaran Bahasa Belanda antara lain Hollands Inlandse School (HIS), dengan lama studi 7 tahun. Bahasa pengantar di kelas I, II dan III adalah bahasa daerah, sedangkan bahasa Belanda diberikan di kelas I satu kali seminggu, di kelas II dan III kemudian lagi ditambah beberapa jam. Di kelas IV beberapa pelajaran sudah mulai menggunakan bahasa Belanda, sedangkan di kelas V, VI dan VII smua pelajaran sudah diberikan dalam bahasa Belanda. Seperti UAN di masa sekarang, anak-anak kelas VII di masa itu harus mengikuti ujian seleksi akhir dengah hasil :
  • Tamat dan mendapat keterangan dari Kepsek langsung masuk kelas I MULO
  • Tidak tamat dan tidak boleh mengulang
  • Tidak tamat, tapi boleh mengulang 1 tahun
  • Tamat, boleh turut ujian masuk voorklas (kelas persiapan) MULO
  • Tamat, mendapat keterangan dari Kepsek boleh masuk ke voorklas MULO tanpa ujian dan boleh ikut ujian untuk kelas I MULO


Begitulah ternyata sistem kelulusan jaman dahulu lebih rumit namun lebih manusiawi. Kemudian ada pula Schakelschool. Tamatan sekolah ini mendapat hak yang sama dengan tamatan HIS. Setingkat dengan HIS, ada pula sekolah-sekolah untuk keturunan China yang disebut Hollands Chinese School (HCS), keturunan Arab Hollands Arabische School (HAS) dan untuk anak-anak serdadu KNIL asal Ambon – Ambonse School.
Tahun 1927, untuk meningkatkan mutu murid tamatan HIS, pemerintah Hindia Belanda membuka sekolah baru bernama Hollands Inlands Kweekschool di Bukittinggi, Bandung, yogyakarta dan Blitar. Lamanya 3 tahun dengan mata pelajaran yang hampir sama dengan MULO (Gouvernements Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Di sekolah ini, bahasa Belanda merupakan pelajaran maut, nilai 5 merupakan bel kematian. Murid dipersilakan mencari sekolah lain atau tidak naik kelas. Dan untuk setiap tingkatan, seleksi diperketat. Untuk bahasa Belanda rata-rata sekurangnya memiliki nilai 6 untuk sub bagian membaca, pengetahuan dan penguasaan.
Setelah sekolah ini dibuka, pihak swasta juga membuka sekolah serupa antar lain sekolah NIATWU yang didirikan Yayasan Teosofi Albanus di daerah Lembang. Nah, murid-murid yang dapat memasuki Kweekschool ini antara lain :
·         Murid-murid Kweekschool kelas I yang naik ke kelas II melalui seleksi
·         Murid-murid voorklas MULO yang naik ke kelas I MULO melalui seleksi
·         Murid-murid tamatan HIS yang mendapat keterangan langsung dapat diterima di kelas I MULO, melalui seleksi.
Lulusan HIK merupakan lulusan yang sangat unggul dan diproyeksikan untuk menjadi guru HIS. Guru-guru lulusan HIK berpengetahuan luas dan dapat berbahasa Belanda, Inggris, Jerman dan Jawa. Pada masa kedatangan bangsa Jepang. Semua sekolah berbahasa Belanda ditutup. Di kemudian hari, seluruh sekolah dasar hanyalah berbentuk SR atau Sekolah Rakyat yang lama belajarnya 6 tahun. Demikian sedikit uraian singkat mengenai sejarah pendidikan dasar di masa kolonial.[29]

REFERENSI :


[24] http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa
[25] http://sejarah.kompasiana.com/2013/11/09/tragedi-kuta-reh-bukti-kekejaman-belanda-di-tanoh-alas-607877.html
[26] Ibid. hlm.29.
[27] http://hilmarfarid.com/wp/tes-tes-3/
[28] https://sadnesssystem.wordpress.com/tag/pendidikan/
[29] http://shidqiyyah24.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar